Sketsa Dafinah : Biar Gundul Asal Cakep

“Menggundul bayi biasanya dilakukan kalau bayi usianya 40 hari looh”

“Lho kok Dafinah belum digundul?”

“Rambut bawaan lahir itu harus dibuang, biar…bla..bla..bla…”

“Rambut bayi itu mesti digundul, supaya tumbuhnya lebat”

Itulah beberapa komentar  atau saran yang ditujukan pada saya dan suami menyangkut ritual atau kebiasaan menggundul kepala bayi. Wajar jika beberapa kawan dekat atau keluarga kami menyarankan demikian, sebab Dafinah hingga usia 5 bulan rambutnya belum pernah bersay halo dengan gunting (kecuali pas akikahan).

Dafinah sejak lahir sudah berambut cukup tebal sehingga neneknya-tantenya-dan saya sendiri merasa sayang jika kepalanya harus plontos seperti teman-temannya sesama bayi. Terlebih, wajahnya 80 persen mirip ayahnya sehingga hanya rambut yang sedikit panjanglah (juga anting dan dress bayi tentunya) yang bisa memperjelas identitasnya sebagai perempuan. Maka kami bertahan membiarkan rambutnya menyubur sambil sesekali ujung-ujung rambut yang menyentuh telinga digunting sedikit. Dan semua itu bertahan hingga usianya memasuki bulan ke-enam.

Apakah Dafinah baik-baik saja dengan rambut lebatnya? Secara umum, ya. Secara khusus, heemm sepertinya tidak. Beberapa hari sejak lahir, ibu saya sudah membersihkan kulit kepala Dafinah secara perlahan dengan menggunakan baby oil sehingga lemak-lemak yang melekat terkelupas sedikit-sedikit hingga (diperkirakan) habis. Kami pikir takkan ada lagi masalah dengan kulit kepala sehingga Dafinah tumbuh bersama tumbuhnya rambut di kepalanya. Namun, yang kami pikir rupanya tidak sejalan dengan laku putri kecil saya. Tangannya begitu aktif merambah bagian wajah dan sesekali menarik-narik rambutnya. Tidurnya pun tidak tenang karena aktivitas garuk-tarik tersebut.  Saya mulai berpikir untuk memotong bahkan menggundulinya, namun  sebaris kalimat dari ibu membatalkan niat saya. Paling dia kepanasan,  itu kata ibu yang punya pengalaman membesarkan lima anak tanpa pernah menggundul kepala saya dan adik-adik. Kami membiarkan kebiasaan itu berlarut, hingga memasuki usia 5 bulan ativitas garuk-tarik seakan menjadi pengisi hari-hari Dafinah. Daerah sekitar matanya mulai ikut terdampak (tssaaah), jika tangannya usai merambah bagian kepala karena kegerahan maka matanya akan menjadi sasaran selanjutnya sampai memerah. Tantenya mulai kasihan, ayahnya pun mulai “memberi kode”, neneknya mulai luluh. Maka misi gundul-plontos mulai direncanakan.

Dafi

Rambutnya bisa diikat looh

Setelah berdiskusi sepihak dengan ayah, kami memutuskan membawa Dafinah ke spa anak yang ternyata jumlahnya baru berbilang jari di kota kami alias satu biji (berdasar hasil googling). Alasan pertama, tak ada yang berani menggundul kepalanya; kedua, setelah bercukur Dafinah bisa sekalian pijat-dan belajar berenang; dan ketiga sekaligus alasan utama adalah alat cukurnya tak ada.

Pada hari yang telah direncanakan, pukul sembilan pagi meluncurlah kami bertiga ke salah satu mall tempat spa itu berada, niatnya biar ga antri. Dan ternyata saudara-saudari, tetap saja kami harus menunggu sebab kami terlalu pagi tiba di sana (hahaha). Spanya baru buka jam setengah 11 sementara kami tibanya setengah 10 (padahal di promo, mereka bukanya jam 9 looh, tertipu sayah). Dengan janji akan dihubungi begitu mereka buka, kami meninggalkan pegawai spa tersebut yang masih bersih-bersih. Jarang ngemall membuat kami bingung mau menghabiskan satu setengah jam dimana. Tiba-tiba hypothalamus saya memberi isyarat lapar karena belum sempat sarapan, maka tujuan kami pun jelas menuju salah satu gerai fast food yang sepagi itu sudah lumayan ramai.

Tepat jam sebelas, urusan kampung tengah selesai. Pihak spa belum menghubungi. Saya merasa sudah waktunya kami kembali sesuai jam beroperasi spa tersebut (masih dengan harapan ga antri karena kami pengunjung pertama tadi). Dan….saat kami tiba sudah ada pengunjung lain yang sementara dilayani. Berhubung “tukang cukur”nya cuma satu menunggu (lagi) lah kami. Menunggunya di luar karena ruangan sempit. Mangkel, iya. Dongkol, iya.

Empat puluh lima menit kemudian, giliran kami tiba. Rencana yang tadinya mau ambil paket spa lengkap berubah, cukup gundul saja. Selain biayanya ternyata mahal, kalo cuma pijat-renang itu juga bisa dilakukan di rumah, bisik si Ayah. Tak butuh waktu lama, rambut lebat Dafinah berjatuhan satu-satu. Maka terlihatlah segala yang selama ini membuatnya gelisah. Ternyata masih tersisa lemak yang mengerak di kulit kepalanya juga beberapa biang keringat yang pastinya gatal luar biasa. Maafkan kami, Nak yang tidak memahami penderitaanmu.

foto0529

Mirip lelaki kan?

Sepulang dari bergundul, Dafinah sudah mulai lebih tenang. Tidurnya pun tak segelisah sebelum plontos. Tapi, ia makin mirip bayi lelaki (semoga rambutnya segera tumbuh). Setelah berpikir lebih dalam dan browsing perihal gundul-plontos bayi, maka tibalah pada saya simpulan:

  • Menggundul rambut bayi untuk pertama kali tidak harus menunggu hari tertentu, kapan saja boleh asal dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan kekuatan ubun-ubun si bayi. Kalau masalah mitos dan sebagainya kembali lagi ke keyakinan kita masing-masing.
  • Rambut bayi terlihat tipis saat baru lahir karena faktor hormonal, masalah setelah digundul apakah rambutnya akan tumbuh lebat atau tidak itu bergantung pada genetis orang tuanya, nutrisi, dan juga perawatan rambut itu sendiri tentunya.
  • Menggundul kepala bayi memberi manfaat dari segi kesehatan,misalnya membersihkan lemak, mengurangi iritasi dan peluang munculnya biang keringat atau bisul, dan juga mengurangi kegerahan pada bayi.
  • Manfaat langsung yang saya rasakan usai Dafinah digundul, bau keringat yang tercium  di kepalanya saat baru bangun tidur mulai menghilang bersamaan dengan berkurangnya kerak lemak di kepalanya. Jadinya semakin betah menciuminya 😀  😀

Terakhir, meski kini Dafinah tak berambut lagi. Wajahnya makin mirip lelaki. Dia tetap  cakeep… 🙂   🙂

Fina after_before

Dua-duanya sama-sama cakep 🙂

Posted on November 26, 2013, in Celoteh Bunda, Dafinah, Uncategorized and tagged , , . Bookmark the permalink. 8 Comments.

  1. wkwkwkwkkwkwkwk….nggemesinnnnnnnnnnn bangte,plontos banget hun hahahah..cantik banget sih kl dah berambut,unyu2…pipinta pingin gigit,suer hun… T_T

  2. Fina di poto yg tengah gahar..
    *ketjup manis*

  3. cakeppppppnyaaaa,,,,,, jd cwe cantik, jd cowok cakep,… sm aja hahhahahaa…

    ciummmm ciummm dafinaaah,,, :*

  4. tenang mako mamana Fina…tidak lama ji itu tumbuh lagi rambutna. yg penting ada ji toh anting2xna hahahahahaahahahahahahaaha

    biar tongmi gundul spt itu, tetap ji mau kugigit hahahahahaahahahahahahahaa

Leave a reply to bundafinah Cancel reply